MEMPERINGATI TAHUN BARU MASEHI, UNTUK APA?


الفقير حرمان انس

Alumnus Pondok Pesatren Annuqayah

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, hari ini sudah memasuki tahun baru 2012. Seolah sudah menjadi tradisi setiap terjadi pergantian tahun baru ribuan hingga jutaan orang tumpah ruah di jalanan, di tempat-tempat hiburan untuk merayakan pergantian tahun baru tersebut.

Saat ini, tanggal 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu hari suci umat Kristen. Padahal dalam kenyataannya, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Dunia.

Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut. (eramuslim.com)

من حسن اسلام المرأ تركه مالايعنيه)) Termasuk sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan aktifitas yang tidak bermanfaat. Hadist inilah yang sangat di pahami oleh para salafunas shalih (generasi terbaik) terdahulu, mereka dalam berbuat dengan berpikir hukum bukan usum (Bhs. Madura : Kelumrahan/lagi trend). Panduan sepanjang hidup mereka adalah Al-Qur’an, Hadist, Ijma’ dan Qiyash yang didalamnya ada hukum syara’ yang lima yakni wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Inilah standard sekaligus skala prioritas (الاولويات) yang mereka pegang untuk mengarugi zaman. Karena mereka menyadari bahwa hukum syara’lah (ajaran islam) yang membuat kaum muslimin mulia dibandingkan dengan orang kafir. Dibuktikan dengan kehidupan mereka yang menyibukkan dengan kewajiban dan kesunnahan sehingga untuk berbuat hal yang mubah saja mereka tidak mempunyai kesempatan. Sebagaimana Imam Nawawi yang menyibukkan diri dengan menuntut ilmu dan menemukan manisnya ilmu sampai beliau lupa untuk menikah. Imam Nawawi bukanlah orang tidak mengerti akan sangat di sunnahkannya menikah dan tentu sudah paham akan hadist ((الدنيا متاع وخير متاعها المرأة الصالحة  dan (النكاح سنتى فمن رغب عن سنتى فليس منى) karena dia memang ahli hadist. Hasil dari masa mereka yang berpegang standard hukum syara’ banyak dinikmati oleh kaum muslimin sekarang. Sebagaimana kitab Syarah Shahih Muslim, Adzkar karangan Imam Nawawi dan masa sebelumnya seperti Al-Um, Arrisalah karangannya Imamuna As- Syafi’ie.

Apabila dibandingkan dengan generasi sekarang sangat jauh perbedaannya. Kaum muslimin sekarang terkena penyakit latah yang amat sangat akut sehingga ketika ada iklan yang mengatakan bahwa saat ini model seperti ini yang sedang nge-trend / lagi “in” maka mereka mengikuti tanpa berpikir panjang. Sebagaimana Justin Bieber memelorotkan celana maka anak muda tanpa disuruh mereka memelorotkan semua celananya.  Mereka selalu mencermati iklan-iklan di televisi untuk selalu update mode. Tidak berbeda jauh nanti pada Tahun baru masehi. Mereka sudah boking hotel-hotel, membeli terompet menghubungi pasangannya demi untuk merayakan dan menunggu pergantian, peralihan dari pukul 24.00. Standard amal (مقياس اللاعمال) dan Skala prioritas hukum syara’ (ajaran islam) tidak hadir dipikiran mereka. Entah disebabkan ketidaktahuan atau memang sengaja ikut trend saat ini. Meskipun mereka beralasan tidak tahu, tidak menjadikan amal tersebut di rukhsoh karena Islam mewajibkan menuntut ilmu. Apalagi saat ini banyak pondok pesantren dan kegiatan keagamaan. Dari sanalah seharusnya kaum muslimin menuntut ilmu agama. Jangan sampai terombang-ambing opini umum yang saat ini marak menyerang kegiatan keislaman.

Sebagaimana juga peringatan tahun baru masehi. Untuk apa? Kalau didalam Islam sudah jelas peringatan Maulid adalah sebagai syi’ar Islam yang dilakukan pertama kali pada masa Shalahuddin al-Ayyubi (1138-1193) yang bertujuan meningkatkan kecintaan terhadap nabi dan membangkitkan semangat juang kaum muslimin yang sedang terlibat dalam perang salib melawan orang Kristen Eropa dalam perebutan kota Yerussalem dan sekitarnya. Terbukti pada saat itu kaum muslimin bersemangat dan mendapat kemenangan. Begitu juga tahun baru hijriah, adalah hal yang sangat penting untuk selalu di ingat dan dicontoh oleh kaum muslimin. Karena hijrah adalah perjuangan yang luar biasa. Kegigihan kaum muslimin memperjuangkan Islam. Mereka meninggalkan keluarga, harta benda dan tanah kelahiran. Karena hijrah adalah suatu bentuk ketundukan kaum muslimin. Hijrah adalah pertolongan Allah. Hijrah adalah isyarat bagaimana seharusnya muslim dibawah tekanan terus-menerus sehingga mereka tidak bisa melakukan ibadah dengan damai. Hijrah adalah suatu fase dakwah dimana Rasulullah melakukan dengan sembunyi-sembunyi, tanpa kekerasan fisik dan tanpa mengangkat senjata pada saat di Mekkah kemudian menjadi pemimpin Negara saat di Madinah dengan menerapkan dan melangsungkan kehidupan Islam.

Sebagian kaum muslimin berdalih perayaan tahun baru masehi untuk muhasabah. Alasan muhasabahpun bukanlah alasan yang rasional. Aktifitas apa yang mau di muhasabah dalam bulan Masehi? Misal pada bulan Oktober, Nopember dan Desember? Tentu kalau dalam hijriyah pada 12 bulan tersebut bukanlah sekedar menghitung hari-hari tapi memang ada bulan tertentu yang harus meningkatkan amal, berpuasa pada bulan Ramadhan dan Haji pada bulan Dzulhijjah. Sehingga memang perlu muhasabah pada bulan-bulan tersebut. Pada bulan masehi cocok buat mereka orang-orang kafir  atau orang-orang sekuler misalnya pada tanggal 25  Desember ritual Natal, 14 Februari perayaan Valentine Day dan April Mop Hari bolehnya berbohong sedunia. Akan tetapi bagi orang muslim sangat tidak mungkin untuk melakukan muhasabah aktifitas tersebut.

Ada yang mengatakan kaum muslimin tidak boleh anti barat sebagaimana wali songo mempromosikan Islam lewat adat. Dengan pendapat seperti itu, mereka menginginkan Islam bisa masuk kemanapun dengan damai tanpa menolak hal bertentangan dengan Islam, yang terpenting mengambil sisi positifnya saja. Memang wali songo melakukan akulturasi budaya di Jawa untuk mengenalkan / mendakwahkan Islam, karena pada waktu itu tradisi Hindu di Jawa sangat kental. sehingga mereka menggunakan uslub dakwah dengan  akulturasi. Dengan kata lain, nilai-nilai Islam dipromosikan dengan instrumen budaya lokal. Di sini perlu diungkapkan tiga contoh strategi budaya yang dikembangkan oleh walisongo, yakni arsitektur masjid sebagai representasi tatanan sosial egaliter, wayang sebagai sarana membangun teologi umat, dan kreasi seni Islam bernuansa budaya lokal. Pada waktu Sunan Kalijaga mengusulkan agar adat istiadat Jawa seperti selamatan, bersesaji itu dimasuki rasa ke-Islam-an, maka sunan ampel pun bertanya : “Apakah tidak mengkhawatirkan di kemudian hari ? bahwa adat isitiadat dan upacara-upacara lama itu nanti akan dianggap sebagai ajaran Islam, sebab kalau demikian nanti apakah hal ini tidak akan menjadikan bid’ah? (dianggap sebagai ritual Islam)”.

Pertanyaan sunan Ampel ini kemudian dijawab oleh sunan Kudus: “Saya setuju dengan pendapatnya Sunan Kalijaga, sebab menurut pelajaran agama Budha itu ada persamaannya dengan ajaran Islam, yaitu orang kaya harus menolong kepada fakir miskin. Adapun mengenai kekhawatiran tuan, saya mempunyai keyakinan bahwa dikemudian hari akan ada orang Islam yang akan menyempurnakannya”.

Tugas umat Islam sekarang adalah meneruskan perjuangan mereka yakni dengan memperbaiki kekurangan dan melangsungkan kehidupanan Islam (Isti’naf  hayatul Islam). Bukan malah melanjutkan tradisi selamatan laut atau selamatan desa dengan alasan wali songo sangat toleran dan adaptif terhadap tradisi atau adat lokal. Justru wali songo berkeyakinan kekurangannya akan diperbaiki oleh masa setelahnya. Jadi sebenarnya mereka tahu akan adat-adat yang tidak sesuai dengan islam akan tetapi mereka merubah dengan cara pelan-pelan. Sebagaimana juga kurang sempurnanya jilbab yang dipakai pendahulu di tanah Jawa maka generasi setelahnya bertugas memperbaiki. Kemudian Pertanyaan adalah, mayoritas kaum muslimin merayakan tahun baru Masehi, persoalan apa yang kaum muslimin selesaikan? Apakah juga mengalami kesulitan menyampaikan dakwah Islam atau malah ikut-ikutan orang kafir?. Padahal kaum kafir memang menginginkan kaum muslimin jauh dari syari’atnya sejengkal demi sejengkal. Sebenarnya di dalam persoalan budaya, Islam memandang bukan masalah datangnya dari barat atau timur bahkan dari Arab sekalipun kalau bertentangan dengan Islam maka budaya tersebut tidak boleh diikuti.

Khatimah

Setiap perbuatan yang dilakukan, seharusnya kaum muslimin memikirkan hukum dan skala prioritas sehingga mereka berbuat sesuai dengan yang di contohkan oleh Rasulullah dan tidak melakukan hal yang sia-sia dan ikut-ikutan. Padahal dalam hadits(من تشبه بقوفهو منهم )  barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian darinya. Jangan sampai nanti kita berada di barisan orang-orang kafir karena menyerupai perbuatannya. Mari kita berusaha untuk tetap dalam standard hokum-Nya, kalau kita tidak mau ,merubah niscaya Allah tidak akan merubah keaadaan kita. sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur’an :

(إن الله لايغير ما بقوم حتى يغير ما بانفسهم) bahwa sesungguhnya Allah tidak akan merubah kepada suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang berusaha untuk merubahnya. Seharusnya kaum muslimin bangga terhadap syari’atnya seperti jilbab, larangan berdua-duaan, pernikahan dan 2 hari besar kaum muslimin. Begitupun juga menyi’arkan Islam misalnya dengan memperingati tahun baru hijriah untuk refleksi dan meneladani perjuangan umat terdahulu bukan malah membanggakan kebudayaan atau adat orang kafir. Wallahu a’lam Bishowab.

Tsaqafah center, 30 Desember 2011

2 pemikiran pada “MEMPERINGATI TAHUN BARU MASEHI, UNTUK APA?

  1. Hi there! I could have sworn I’ve visited this web site before but after going through a few of the articles I realized it’s new to
    me. Nonetheless, I’m certainly delighted I found it and I’ll be bookmarking it and checking back frequently!

Tinggalkan komentar